Jumat, 06 September 2024

Terpenjara Oleh Dunia

Penulis: Aidatus Sholichah |

Inilah sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Raihan dengan judul "Antara dua Cinta". Inilah syair yang pernah popuer pada masanya.

Dunia ibarat air laut,
Diminum hanya menambah haus . . .
Nafsu bagaikan fatamorgana,
Di Padang pasir . . .

Panas yang membahang disangka air
Dunia dan nafsu bagai bayang-bayang
Dilihat ada, disangka tidak . . .

Begitulah dunia dan nafsu jika disatukan. Dunia hanyalah fana. Tak ada yang bisa dibanggakan. Tak ada yang perlu diperjuangkan mati-matian, dan tak ada yang benar-benar bisa menemani kita di akhirat kelak melainkan amal yang sholeh.

Untuk itu, jika dunia masih menjadi satu-satunya tujuan kita hidup, alangkah baiknya bila kita bermuhasabah (introspeksi) diri.

“Dunia ini hanyalah fatamorgana," ungkap Mamah Dedeh pada tausiyahnya di tvOne setahun lalu. Dunia adalah kehidupan yang tidak abadi, kebahagiaan yang menipu, dan kesenangan yang semu.

Namun, sangat disayangkan masih saja banyak yang tertipu. Apakah mereka ini tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu akan hakikat dunia yang sebenarnya?

Dunia ini fana, dan kenikmatan di dalamnya juga sementara. Dunia ini hina, tidak sebanding dengan nilai seekor nyamuk yang lemah tanpa daya. Bahkan dunia ini pun terlaknat, beserta apa yang ada di dalamnya, kecuali kebaktian, kebajikan, dan amal saleh.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).

Inilah dunia yang banyak membuat orang teperdaya. Ia tak lain sekadar permainan yang hasilnya hanya kecapekan dan kelalaian belaka.

Kebahagiaan di dunia ini tak akan tercapai kecuali dengan menjadikannya jalan menuju akhirat. Di sanalah kenikmatan yang abadi berada. Sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia. ***


(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)