Laman

Jumat, 06 September 2024

Dunia Bikin Galau?

Penulis: Delis Puspitasari |

Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah pernah berkata, "Sesungguhnya kesedihan, kesusahan, dan kegalauan tiada lain datang dari dua arah. Pertama, cinta dunia dan ambisi terhadapnya. Kedua, kelalaian dalam beramal kebajikan dan ketaatan." 

Pada zaman ini, tentu kita bisa secara langsung menyaksikan bagaimana manusia begitu ambisi terhadap dunia yang telah Allah ciptakan. Peluh keringat banting tulang demi memenuhi keinginan yang bukan lagi hanya sekedar kebutuhan. 

Tak jarang pula kesibukan akan dunia ini membuat sang hamba lupa akan kewajibannya di dunia. Jiwanya hampa, pikirannya gegana. Oh tidak akan mendapati keindahan nan ketenangan jika tolak ukur bahagia hanya tentang dunia. Keindahan akhirat pun seakan-akan redup digantikan dunia yang fana ini.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah al-Hadid ayat 20:

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

Tentu ayat ini menjadi pengingat bagi seorang muslim yang beriman akan hari kehancuran dan kebangkitan. Menguatkan iman-iman yang lemah, untuk terus beramal di tengah gencarnya kehidupan yang penuh kefoya-foyaan. 

Teman, mari kita saling mengingatkan bahwa  dunia yang sedang kita pijak ini hanyalah setitik nikmat yang Allah berikan pada manusia guna mempersiapkan amal untuk kehidupan selanjutnya.*** 

(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)