Penulis: Hafidzoh Qoni'ah |
Belajar untuk memahami dan menerima takdir dengan ikhlas, sambil tetap mengelola perasaan-perasaan, seperti rindu dengan cara yang positif dan sesuai dengan ajaran agama. Hal ini dapat memberikan pandangan baru bagi seseorang, bagaimana menjalani kehidupan dengan penuh kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi cobaan dan keinginan yang belum tercapai.
Ketika seseorang berusaha untuk menerima keadaan dengan ikhlas meskipun di dalam hatinya masih tersisa kerinduan, bahwa meskipun seseorang berusaha untuk merelakan sesuatu dengan ikhlas karena kepercayaan kepada takdir Allah, namun kerinduan dan perasaan lainnya tetap hadir sebagai ujian dalam kehidupan.
Dalam Agama Islam kita diajarkan untuk belajar Ikhlas dari segi apa pun, ikhlas yang berarti ketulusan atau kemurnian dalam beribadah kepada Allah tanpa adanya niat yang tercampur dengan kepentingan duniawi atau pengakuan dari orang lain.
Keikhlasan adalah inti dari setiap amal yang diterima oleh Allah. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan" (HR. Bukhari dan Muslim).
Antara ikhlas dan rindu yang mana, kita harus dapat mengendalikannya, karena semua itu adalah ujian dalam hidup kita, untuk itu kita selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhanallah wa Ta'ala dan menghadapinya dengan sabar dan tawakal. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)