Penulis: Sarah Salsabila Maizarwan |
Pada aksi bela Palestina di Patung Kuda, Monas, tanggal 9 Juni 2024, salah satu momen paling mengharukan dan penuh makna terjadi ketika pembacaan puisi diiringi peragaan visual tentang penderitaan rakyat Palestina, khususnya anak-anak.
Peserta aksi solidaritas untuk Palestina memadati wilayah Monas dan sekitarnya (foto: Sarah Salsabila M) |
Di tengah kerumunan ribuan orang yang mengibarkan bendera Palestina, suasana mendadak hening saat seorang membacakan lantunan puisi. Dengan suara yang penuh emosi, ia mulai membacakan puisi tentang penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina. Kata-katanya penuh dengan kekuatan, menggambarkan rasa sakit, harapan, dan keteguhan hati.
Di sekeliling panggung, ada 4 orang berperan sebagai orang-orang Palestina yang tertindas sedang menggendong anak-anak kecil yang sudah penuh dengan luka. Mereka melakukan peragaan yang mencerminkan penindasan seorang ibu dan ayah yang kehilangan anak-anaknya. Setiap gerakan mereka diselaraskan dengan bait-bait puisi, menciptakan harmoni yang mendalam antara kata-kata dan tindakan.
Saat puisi mencapai puncaknya, dengan deskripsi yang tajam tentang kehilangan dan ketidakadilan, para peserta peragaan berhenti sejenak, memperlihatkan ekspresi keputusasaan dan kesedihan yang mendalam. Penonton terdiam, beberapa terlihat mengusap air mata, merasakan penderitaan yang digambarkan begitu nyata di depan mata mereka.
Di akhir pembacaan puisi, ia menyuarakan harapan akan perdamaian dan kebebasan untuk Palestina, diiringi dengan instrumen musik yang dimainkan di latar belakang.
Momen ini tidak hanya memberikan gambaran visual yang kuat tentang penderitaan rakyat Palestina, tetapi juga mengikat secara emosional para peserta aksi dan penonton yang hadir. Pembacaan puisi yang diiringi dengan peragaan seperti ini mampu menyentuh hati dan menggerakkan jiwa, membuat setiap orang yang hadir merasakan urgensi dan pentingnya solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)