Rasulullah saw berkata dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, "Salah satu dari kalian tidak (disebut) beriman (secara sempurna), hingga mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri."
Ilustrasi harta (foto: Pixabay.com) |
Alhamdulillah, masalah pembagian rahmat dan rezeki tidak Allah Ta'ala serahkan kepada manusia, tetapi Allah Ta'ala sendirilah yang membagikannya. Sebab, menurut Parlindungan Marpaung dalam buku berjudul Berbekal Setengah Isi Setengah Kosong, jika manusia diberikan hak membagi rezeki, pasti sifat kikirnya akan muncul. Ia akan merasa sayang untuk membagi rezeki tersebut karena takut habis dan menjadi miskin.
Allah Ta'ala berfiman,
قُل لَّوْ أَنتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَآئِنَ رَحْمَةِ رَبِّىٓ إِذًا لَّأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ ٱلْإِنفَاقِ ۚ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ قَتُورًا
Katakanlah, "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya." Dan adalah manusia itu sangat kikir. (QS al-Isra: 100)
Ketahuilah bahwa pembagian Allah Ta'ala sangatlah adil. Allah Ta'ala membagi dengan dasar ilmu yang tiada batasan. Jadi, berbahagialah dengan kebahagiaan saudaramu yang mendapatkan rezeki dari Allah Ta'ala. Dia adalah saudaramu.
Jika perasaan hasad menghampiri, bakarlah ia dengan api cinta dan kayu gembira. Lihatlah dari sisi positif dan berlindunglah kepada Allah Ta'ala dari sifat hasad.
Jika saudara kita membeli barang baru, tidak perlu kita sakit perut atau mules berhari-hari dibarengi dengan mendung di wajah yang tidak ingin pergi.
Kenapa kita merasa sedih, iri, atau dengki? Bukankah seharusnya kita bersyukur dan mendoakan kebaikan untuk saudara kita itu? Jangan sekali-kali kita terbawa oleh bisikan setan sehingga berburuksangka kepada saudara kita, bahkan mendoakan keburukannya. Nauzubillah.
Jangan membuat dadamu sesak ditambah murka Allah Ta'ala kepada dirimu. Gunakanlah kacamata kebahagian. Ucapkanlah selamat kepada saudaramu, lalu doakan dia tanpa sepengetahuannya, dan memohonlah kebaikan kepada Allah Ta'ala. Niscaya dirimu telah dapat menginjak-injak setan dan menghindarkan dirimu dari perbuatan dengki dan hasad. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)