Penulis: Ibnu M Hawab |
CIANJUR -- Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (ARM HA-IPB) bekerja sama dengan tim Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University menyelenggarakan penyuluhan gizi keluarga bagi 200 penyintas gempa di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (4/11).
Suasana penyuluhan gizi keluarga dan pembagian paket yang dilakukan ARM HA-IPB di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. |
Kegiatan tersebut merupakan tahap awal dari Program Peningkatan Gizi dan Kesiapsiagaan Keluarga di Daerah Rawan Bencana (PGK2) yang ARM HA-IPB inisiasi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan keluarga di daerah rawan bencana di Indonesia melalui peningkatan kesadaran gizi keluarga, pemberian makanan tambahan, serta kegiatan kesiapsiagaan bencana.
Penyuluhan disampaikan langsung oleh Kepala Departemen IKK FEMA-IPB, Dr. Tien Herawati, S.P., M.Si. Ia menjelaskan pentingnya pola asuh makan, yakni kemampuan orangtua untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam memberikan makanan kepada anak mereka.
“Pola asuh makan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan orangtua agar kebutuhan zat gizi anak terpenuhi sehingga tumbuh kembang anak menjadi optimal,” papar Tien Herawati sebagaimana tertulis dalam rilis yang diterima redaksi Ihwal.net, Ahad (5/11).
Pola asuh makan yang baik, lanjutnya, adalah pemberian makan yang bergizi dengan komposisi yang seimbang, yang terdiri dari asupan karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
Menurut Tien, pola pemberian makan kepada bayi usia 0 – 6 bulan berbeda dengan pola pemberian makanan kepada bayi usia 6 – 12 bulan serta di atas 12 bulan. Pola asuh yang baik pada usia 0 - 24 bulan sangat penting mengingat pada periode tersebut anak mengalami pertumbuhan otak yang sangat pesat.
“Kekurangan gizi pada periode tersebut akan berdampak pada kualitas hidup anak jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini akan mempengaruhi pertunbuhan otak yang berdampak pada penurunan kemampuan kognitif sehingga anak berpotensi memiliki prestasi yang rendah,” tegas Tien.
Penyuluh juga menekankan perlunya setiap keluarga memahami metode pengolahan makanan yang baik untuk anak agar anak-anak tersebut gemar mengonsumsi makanan bergizi sejak kecil.
Penyuluhan ini diikuti dengan antusias oleh para ibu, kader Posyandu, dan perwakilan kaum bapak di Mangunkerta. Dalam tanya jawab dengan penyuluh, mereka mengaku mendapat pengetahuan baru yang berguna untuk dipraktikkan dalam keluarga.
Di ujung acara, ARM HA-IPB membagikan 200 paket makanan bergizi kepada peserta. Paket itu terdiri atas nasi liwet kemasan yang awet disimpan hingga setahun, satu kaleng rendang domba/sapi siap santap dengan masa kedaluarsa hingga 3 tahun, satu paket sayuran sop, dan 250 gram kacang hijau. Sebelumnya, tim IKK dan ARM HA-IPB menjelaskan manfaat gizi masing-masing bahan makanan berikut cara mengolah dan menyajikannya.
“Progam PGK2 ini rencananya diimplementasikan di tiga desa di tiga kabupaten di Cianjur, Bogor, dan Pandeglang sebagai lokasi percontohan,” ujar Ketua Umum ARM HA-IPB, Ir. Ahmad Husein, M.Si. Selain penyuluhan gizi dan pembagian paket bahan makanan, kegiatan pengembangan tanaman sayuran pekarangan juga disiapkan. Untuk peningkatan kesadaran kesiapsiagaan bencana, terdapat tiga kegiatan yaitu pelatihan kesiapsiagaan bencana, penyebarluasan materi edukasi dan informasi, serta kegiatan simulasi bencana.
Program ini mendapat dukungan dari berbagai komunitas dan mitra perusahaan alumni IPB yaitu MT Farm, SOSEK Reborn, My Vets, PT Gemilang Optimal Abadi (GOD Parking), dan Indosmep Group. ***