Penulis: Finaa Annisa |
Percayakah Anda kalau sabar itu indah? Ya! Jika kita tidak memiliki sifat sabar maka hidup kita akan berantakan. Contoh sederhana, saat kita melewati lampu lalu lintas. Kita tahu bahwa nyala merah artinya berhenti, kuning artinya bersiap-siap untuk berkendara, dan hijau artinya boleh berjalan.
Ketika ujian begitu berat melanda kita maka sabar adalah kunci melewatinya (foto: Pixabay.com) |
Jika ketika lampu menyala merah kita tetap memaksa untuk berjalan maka yang terjadi adalah kecelakaan, kemacetan, dan masih banyak hal lainnya yang merugikan orang lain.
Mengapa sabar dikatakan indah? Karena ketika kita sedang menunggu sesuatu dan sesuatu yang datang itu sesuai harapan kita maka itu akan menjadi indah. Jika kita terbiasa hidup dengan terburu-buru maka hasil yang kita dapatkan adalah biasa-biasa saja, bahkan cenderung kurang memuaskan.
Sabar itu melatih mental kita. Ketika kita sedang mengantri saat hendak membayar belanjaan di kasir maka kita harus urut dan tertib. Kita tidak bisa menyerobot antrian orang lain dan mengambil hak miliknya yang berakhir dengan perkelahian.
Ketika kita bekerja dan mendapatkan hasil yang sedikit maka kita harus bersabar dan bersyukur karena dengan bersabar maka Allah akan mudahkan segala urusan kita.
Sabar adalah usaha menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Misalnya, ketika kita sedang marah, lalu kita berusaha menahan emosi sehingga tidak melukai atau menyakiti orang lain maka itulah yang dinamakan sabar.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh kaum muslimin dan muslimah adalah sabar. Sabar memang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Seringkali ketika mendapatkan musibah kita cenderung mengeluh, menyalahkan takdir, menyalahkan sekeliling kita, bahkan cenderung menyalahkan Allah. Nauzubillah min dzalik.
Alangkah indahnya jika kita mampu bersabar terhadap apa yang kita hadapi, lalu menerima takdir pahit yang telah ditetapkan Allah Ta'ala untuk kita. Namun, memang sulit untuk menerapkan sabar dalam kehidupan kita sehari-hari.
Orang yang bersabar ibarat menelan pil yang pahitnya luar biasa. Memang awalnya pahit dan sulit, tapi jika kita terbiasa maka rasa pahitnya akan hilang. Bersabar ketika mendapatkan musibah, mendapatkan hal-hal yang buruk, mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan, memang sulit. Tapi, bukan berarti tidak bisa. Kita bisa jika kita membiasakan diri untuk bersabar dan menerima ketetapan Allah Ta'ala.
Kita bisa mendapatkan pelajaran tentang bersabar dari seorang ibu. Ketika ia mengandung anaknya, perutnya semakin lama semakin besar. Tidurnya semakin lama semakin sulit. Bergerak pun tidak mudah.Bahkan untuk beribadah kepada Allah ikutan sulit.
Tapi seorang ibu tetap menjalankan semuanya dengan sabar dan kuat. Setelah itu ia melahirkan anak-anaknya, yang membuatnya sering terbangun tengah malam karena mendengar suara tangisan anaknya. Tidurnya tidak nyenyak, lelah, dan masih banyak hal lain yang tidak bisa disebut satu persatu.
Bayangkan jika seorang ibu tidak memiliki sifat sabar maka tidak mungkin seorang anak akan terlahir di dunia. Sebab, ia pasti cenderung kesal, mudah marah, bahkan akan memukul anaknya yang masih bayi. Nauzubillah min dzalik.
Mari kita tumbuhkan rasa sabar di dalam kehidupan kita. Mari kita terima takdir Allah baik dan buruknya dengan hati yang ikhlas. Tersenyum ketika dihadapkan kepada hal yang membuat hati kita sakit, serta tetap bersabar ketika ada saudara seiman yang menyakiti kita. Dan, alangkah indahnya jika kita mampu memaafkan kesalahan mereka. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)