Penulis: Soniawati |
Bulan syawal identik dengan banyak hal. Jika disebut "Bulan Syawal" maka ada orang yang membayangkan puasa 6 hari. Wajarlah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian ia sertakan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh." (Riwayat Muslim).
Menikah tak sekadar bermodal cinta, tapi masih banyak hal lain yang harus diperisapkan. (foto: Pixabay.com) |
Namun, ada juga yang berpikir bahwa bulan Syawal adalah waktunya silaturahim ke sanak saudara. Memang, pada bulan ini kebanyakan kaum Muslim, terutama di Indonesia, saling mengunjungi satu sama lain. Bahkan, mereka rela pulang ke kampung halamannya sekadar untuk menjumpai orang tua dan sanak keluarga.
Yang menarik, tak sedikit kaum Muslim yang mengidentikkan bulan Syawal dengan pernikahan. Tak heran bila di bulan ini banyak orang yang menerima undangan pernikahan, atau mengundang orang lain untuk hadir di hari pernikahannya.
Untuk yang terakhir ini, ramai menjadi perbincangan anak muda yang belum siap secara ilmu, finansial, maupun mental, namun sudah merasa siap menikah. Orang seperti ini biasa disebut "kebelet nikah".
Padahal, banyak hal yang harus disiapkan sebelum seseorang naik ke pelaminan. Misalnya, untuk laki-laki, ia harus siap ilmu, finansial, dan mental. Sebab, menikah tak bisa jika cuma bermodal cinta.
Begitupun wanita yang hendak menikah, perlu mempersiapkan banyak hal, mulai dari ilmu, mental, lahir, hingga batin. Sebab, wanita akan menjadi madrasah bagi anak-anaknya.
Ia juga harus siap mendahulukan kebutuhan suami, memberikan pelayanan terbaik kepada pasangannya, siap taat dan patuh pada perintah suami, dan masih banyak lagi hal yang harus dipersiapkan olehnya.
Mungkin sebagian orang beranggapan taat kepada perintah suami itu mudah. Sebagian yang lain mengatakan sulit. Jadi, sulit atau mudah itu sesuai dengan ilmu masing-masing orang. Tentu maksudnya ilmu agama, sebagaimana sebuah hadist yang mengatakan:
"Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, "Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka." (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Wallahua'lam. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)