Penulis: Asih Subagyo |
Berbicara pemuda sesungguhnya membincangkan generasi yang melintasi dimensi ruang dan waktu. Karena di setiap zaman, selalu muncul pemuda yang tampil mengambil peran dalam perubahan zaman.
Pemuda yang dekat dengan al-Qur'an adalah ciri pemuda yang paham akan masa depannya (foto: tadabbur.republika.co.id) |
Hal ini terjadi karena watak dasar pemuda adalah progresif, selalu mengambil kesempatan, dan senantiasa ingin maju ke depan dan mengambil peran. Meraka tidak berbicara (prestasi) masa lalu dengan berbagai pengalamannya, akan tetapi mereka berani menawarkan narasi, gagasan, dan ide masa depan. Oleh karenanya, pemuda tidak akan pernah nyaman dan betah di zona nyaman.
Pepatah Arab menyatakan //subanun yaum rijalul ghod// (pemuda saat ini adalah pemimpin masa depan). Di satu sisi, pepatah tersebut mengandung kebenaran. Namun di sisi lain, dari berbagai catatan sejarah, tidak selamanya linear dan persis seperti itu. Sebab, tidak sedikit di antara mereka yang masih berusia muda, pada saat yang sama, juga menorehkan jejak prestasi dan kepemimpinan yang kemudian membuka kesempatan bagi pemuda-pemuda sesudahnya untuk melanjutkan rintisannya tersebut.
Setidaknya hal inilah yang dicontohkan oleh seorang pemuda bernama Abudullah Said yang di usia 25 tahun, pada 50 tahun yang lalu, mulai merintis berdirinya Pesantren Hidayatullah di Balikpapan Kalimantan Timur. Kini, Hidayatullah telah merambah ke-seantero Indonesia, bahkan di beberapa belahan dunia lain.
Masalah Kepemimpinan Pemuda
Saya mencoba bertanya pada ChatGPT --sebuah perangkat lunak berbasis artificial intelligent atau kecerdasan buatan yang saat ini lagi trend--- tentang masalah kepemimpinan pemuda Islam. Lalu dengan cerdas dan netral ---sesuai referensi yang ia miliki--- ia menjawab sebagai berikut:
Masalah kepemimpinan pemuda Islam dapat menjadi kompleks karena mencakup berbagai faktor sosial, budaya, dan agama. Beberapa masalah kepemimpinan pemuda Islam meliputi: Pertama, kurangnya pemahaman agama. Pemuda Islam yang ingin menjadi pemimpin harus memahami prinsip-prinsip dan nilai-nilai dalam Islam. Namun, beberapa pemuda mungkin kurang memahami ajaran Islam atau tidak mengetahui bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam konteks kepemimpinan. Sehingga pemahaman keagamaan yang komprehensip meliputi aqidah, syariah dan muamalah mesti dikuasai dalam teori dan praktik.
Kedua, tidak adanya role model. Ada kekurangan dalam hal role model atau contoh yang baik bagi pemuda Islam yang ingin menjadi pemimpin. Hal ini dapat mengurangi motivasi dan inspirasi untuk mengejar posisi kepemimpinan.
Ketiga, kurangnya keterlibatan dalam kepemimpinan. Beberapa komunitas mungkin kurang mendorong partisipasi dan keterlibatan pemuda dalam kepemimpinan. Hal ini dapat mengurangi kesempatan pemuda untuk belajar dan berkembang dalam posisi kepemimpinan.
Keempat, tidak adanya kesempatan. Beberapa pemuda mungkin tidak memiliki akses ke kesempatan untuk belajar, berkembang, dan mempraktikkan keterampilan kepemimpinan. Ini dapat menyulitkan mereka untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif.
Kelima, konflik antara tradisi dan modernitas. Pemuda Islam mungkin menghadapi tantangan dalam menavigasi antara tradisi dan modernitas dalam konteks kepemimpinan. Beberapa pemuda mungkin merasa terbatas oleh norma-norma dan nilai-nilai tradisional, sementara yang lain mungkin merasa terlalu "moderen" atau tidak mempertahankan nilai-nilai agama yang kuat.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi pemuda Islam yang ingin menjadi pemimpin agar memperkuat pemahaman agama mereka, mencari role model atau contoh yang baik, dan terlibat dalam komunitas atau organisasi yang mendorong partisipasi pemuda dalam kepemimpinan. Pemuda juga perlu mencari kesempatan untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan kepemimpinan serta menavigasi antara tradisi dan modernitas dengan cara yang mempertahankan nilai-nilai agama yang kuat.
Tantangan Pemuda Islam Masa Depan
Ketika mendiskusikan tantangan Pemuda Islam masa depan, dikaitkan dengan relitas kepemimpinan, maka Pemuda Islam menghadapi berbagai tantangan dalam masa depan yang dapat mempengaruhi kepemimpinan mereka dalam masyarakat. Beberapa tantangan yang dapat dihadapi oleh pemuda Islam di masa depan meliputi:
Pertama, globalisasi dan perubahan budaya. Pemuda Islam dapat menghadapi tantangan dalam menavigasi perubahan budaya yang terjadi dalam konteks globalisasi. Perubahan budaya ini dapat mempengaruhi nilai-nilai dan praktik-praktik agama dan tradisi yang dianut oleh pemuda Islam. Sehingga benteng tauhid beserta praktik keagamaan yang kaafah merupakan pilihan terbaik.
Kedua, kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Pemuda Islam dapat menghadapi tantangan dalam mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial dalam masyarakat. Tantangan ini dapat mempengaruhi akses mereka terhadap pendidikan, pekerjaan, dan peluang kehidupan yang lebih baik.
Ketiga, keterbelakangan teknologi. Pemuda Islam di beberapa negara mungkin menghadapi tantangan dalam mengatasi keterbelakangan teknologi, terutama di daerah-daerah yang terpencil atau sulit dijangkau. Hal ini dapat mempengaruhi akses mereka ke informasi, sumber daya, dan kesempatan.
Keempat, ekstremisme dan radikalisme. Pemuda Islam dapat menghadapi tantangan dalam mengatasi ekstremisme dan radikalisme yang dapat mengarah pada tindakan kekerasan dan mengancam stabilitas dan keamanan masyarakat. Sehingga kajian-kajian keilmuan serta kegiatan berorganisasi menjadi salah satu kunci.
Kelima, kurangnya keterlibatan dalam kehidupan politik dan sosial: Pemuda Islam dapat menghadapi tantangan dalam keterlibatan mereka dalam kehidupan politik dan sosial di negara mereka. Kurangnya keterlibatan ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk mempengaruhi perubahan dalam masyarakat dan mendorong perubahan yang positif.
Untuk mengatasi perihal ini, penting bagi pemuda Islam untuk terus belajar dan memperkuat pemahaman agama mereka, membangun keterampilan kepemimpinan dan kewirausahaan, serta terlibat dalam komunitas dan organisasi yang mendukung pengembangan pemuda.
Selain itu, pemuda Islam juga perlu menjadi agen perubahan dan mengambil tindakan yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat mereka. Pemuda Islam juga perlu mengambil peran yang aktif dalam kehidupan politik dan sosial di negara mereka untuk mempengaruhi perubahan positif dalam masyarakat.
Mempersiapkan Masa Depan
Dengan melihat problematika dan tantangan ke depan, maka Pemuda Islam dapat melakukan beberapa persiapan untuk menghadapi tantangan masa depan. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemuda Islam untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di masa depan:
Pertama, penguasaan ilmu. Pemuda Islam perlu memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam dan ilmu pengetahuan umum, sehingga mampu menghadapi tantangan masa depan dengan pemahaman yang kuat dan keterampilan yang memadai. Mereka dapat belajar dari para ulama dan mentor, membaca buku dan literatur tentang agama, dan juga menimba pengalaman melalui kegiatan sosial dan kemanusiaan. Literasi menjadi kata kunci.
Kedua, keterampilan kepemimpinan: Pemuda Islam perlu membangun keterampilan kepemimpinan, seperti keterampilan berkomunikasi, keterampilan organisasi, dan keterampilan manajemen. Hal ini dapat membantu mereka mengelola diri sendiri dan juga membantu mereka menjadi pemimpin yang efektif di masyarakat.
Ketiga, berwirausaha dan memiliki profesi dibidangnya. Pemuda Islam perlu mempersiapkan diri untuk menjadi entrepreneur atau wirausaha, dengan belajar dan memperoleh keterampilan bisnis dan pengembangan usaha. Dengan menjadi wirausaha, mereka dapat memberikan kontribusi positif pada masyarakat dan membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Selain itu pemuda Islam mesti memiliki profesi sesuai bidangnya, sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi teladan.
Keempat, menjaga kesehatan. Pemuda Islam perlu menjaga kesehatan fisik, mental dan finansial mereka agar dapat menghadapi tantangan di masa depan dengan tenang dan penuh semangat. Mereka dapat menjaga kesehatan dengan olah raga dan pola makan yang sehat, serta dengan berkomunikasi dengan keluarga dan teman untuk mendapatkan dukungan sosial.
Kelima, terlibat dalam komunitas: Pemuda Islam perlu terlibat dalam komunitas atau organisasi yang mendukung pengembangan pemuda dan memberikan kesempatan untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi pada masyarakat. Mereka juga perlu menjalin hubungan dengan orang-orang yang dapat memberikan inspirasi dan dukungan.
Keenam, mempersiapkan diri menghadapi perubahan dan tantangan: Pemuda Islam perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan dan tantangan di masa depan, dengan membangun kemampuan untuk beradaptasi dan menyelesaikan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan belajar dan memperoleh keterampilan yang relevan, serta dengan memperkuat pemahaman agama dan nilai-nilai Islam untuk menjadi panduan dalam menghadapi tantangan dan perubahan.
Dengan melakukan persiapan-persiapan tersebut, pemuda Islam akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dan dapat memberikan kontribusi positif pada masyarakat, bangsa dan negara.
Realitas Pemuda Hidayatullah
Sebagai bagian dari komponen bangsa maka keberadaan Pemuda Hidayatulah --dengan jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia-- dituntut untuk mampu menjawab masalah dan tantangan di atas. Demikian juga sebagai Organisasi Pendukung Hidayatullah, maka sudah semestinya seluruh aktivitas Pemuda Hidayatullah inline serta sebangun dengan induknya. Di mana visi Hidayatullah adalah Membangun Peradaban Islam yang bermakna manifestasi Iman disetiap aspek kehidupan. Sementara visi Pemuda Hidayatullah adalah melahirkan generasi rabbani.
Dengan demikian, Musyawarah Nasional (MUNAS) ke 8 Pemuda Hidayatullah yang akan berlangsung akhir pekan ini, bukan hanya berbicara tentang suksesi (pergantian) kepenguruasan semata, karena ini memang menjadi salah satu agenda dari diadakan MUNAS 3 tahunan itu. Masalah kepemimpinan pemuda Islam sebagaiman tersebut di atas, memang penting, sebab dapat dipastikan hal yang sama juga menjadi masalah bagi Pemuda Hidayatullah, dengan berbagai varian yang menyertainya.
Sehingga hal ini juga mesti dituntaskan dalam MUNAS kali ini, hingga nantinya akan menjadi agenda dan program penting disetiap struktur organisasi dan kepemimpinan, sebagai bagian dari melahirkan generasi rabbani dimaksud.
Di sisi lain, maka MUNAS harus mampu menjawab tantangan dan meretas masa depan dengan melahirkan narasi dan gagasan besar untuk memecahkan problematika keumatan di atas. Solusi yang ditawarkan meski bersifat paradigatik, berlandaskan wahyu dan basis keilmuan yang memadai. Sehingga keberadaan pemuda Hidayatullah, akan menjadi trend setter sekaligus problem solver disetiap masa. Sebab, eksistensi Pemuda Hidayatullah ini sejatinya, adalah mempersiapkan kepemimpinan yang lebih besar di masa mendatang.
Narasi yang dibangun pemuda Hidayatullah, setidaknya sebagaimana yang menjadi tema MUNAS 8 kali ini adalah Kokohkan Karakter Pemuda Progresif-Beradab untuk Indonesi Bermartabat 2045. Secara implisit mengandung makna bahwa Pemuda Hidayatullah, dengan berbagai infrastrukturnya, mempersiapkan diri untuk menjadi Pemimpin Indonesia, di saat negara ini telah berusia satu abad, pada tahun 2045 kelak.
Sebuah cita-cita dan visi yang mulia, akan tetapi tidak mudah untuk merelaisasikannya. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin. Dengan memperhatikan faktor eksternal dan menimbang faktor internal, In Syaa Allah, akan dibukakan jalan untuk dapat mewujudkannya. Karena sesungguhnya Pemuda itu selalu hadir melampaui masa depan. Semoga MUNAS 8 Pemuda Hidayatullah ini mampu meretas semua hal di atas, dan menawarkan narasi besar bagi bangsa dan ummat di masa mendatang.
Selamat ber-Munas, semoga Allah meridhoi. ***
(Penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi DPP Hidayatullah)