Penulis: Mega Octavia |
Kemaksiatan bisa dilakukan siapa saja, tidak memandang kedudukan atau keadaan ekonomi seseorang. Orang kaya atau berilmu bisa juga terjerumus ke dalam perbuatan maksiat, apalagi orang bodoh dan miskin. Bahkan, para dai yang sering menyeru kepada kebaikan bisa juga tergelincir dalam perbuatan maksiat.
Berceramah adalah kegiatan rutin para dai. Namun, ketika apa yang diucapkan tak sesuai dengan apa yang dikerjakan maka ini akan menjadi masalah bagi sang dai. (foto: tadabbur.republika.co.id) |
Sebelum kita urai hal ini lebih jauh, mari kita telaah apa itu perbuatan maksiat. Maksiat adalah perbuatan yang menyelisihi ketaatan. Jadi, bila ada sesuatu yang semestinya kita jauhi namun justru kita dekati, maka itu berarti kita telah berbuat maksiat.
Lalu apa saja kelalaian yang kerap menyerang par dai sehingga mereka tergelincir pada perbuatan maksiat?
Pertama, menganggap remeh suatu perbuatan dosa. Sebagian dai merasa tak khawatir melakukan beberapa perbuatan maksiat karena dianggapnya hal kecil. Mereka merasa toh kelak mudah mencari jalan keluar karena mereka menguasai ilmunya. Misal, berbohong sebagai bahan senda gurau agar orang lain terhibur.
Hal seperti ini sebetulnya tak boleh dilakukan para dai. Sebab, mereka akan terkategori fajir atau orang yang berbuat maksiat atau dosa. Padahal, para dai seharusnya menjadi garda terdepan penentang kemaksiatan.
Kedua, melaksanakan maksiat saat sendirian. Ini juga kerap menjerat para dai dan harus dihindari. Bersyukurlah bila Allah Ta'ala segera menegur kita yang terus-menerus melakukan hal ini. Bentuk teguran tersebut bisa berupa cobaan yang datang kepada kita.
Jangan pernah berburuk sangka kepada Allah Ta'ala jika mendapat teguran seperti ini. Pada hakikatnya, teguran tersebut menunjukkan rasa cinta-Nya agar kita segera kembali kepada-Nya dan melepas diri dari perbuatan maksiat tersebut.
Ketiga, perkataan yang tidak disertai dengan amalan. Dai yang lalai adalah dai yang ketika memberikan nasihat kepada orang lain, justru ia tidak melaksanakan nasihat tersebut. Apa yang diucapkannya tidak mencerminkan kepribadiannya. Ini juga harus segera diakhiri.
Itulah tiga kelalaian yang berpotensi besar melanda para dai. Adapun kunci agar kita terhindar dari kemaksiatan tersebut adalah, pertama, memelihara sifat khasyah dan khauf kepada Allah Ta'ala agar kemaksiatan tidak mendekat kepada kita.
Kedua, tazkiyatun nafs. Dan, ketiga, yakinlah bahwa Allah Ta'ala akan memberikan ganjaran atas apa yang kita lakukan dengan tujuan ketaatan kepada Allah Ta'ala.
Wallahu a'lam ***
(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir, Jakarta)