Penulis: Nida Taqiyya |
Sebelum kita lahir ke dunia yang fana ini, dan kita masih berada dalam perut ibunda, Allah Ta'ala telah menentukan rezeki, amal, dan ajal kita nanti.
Meski dunia seolah berada dalam genggaman manusia, namun dunia tetaplah sementara. Tidak kekal. (Foto: pixabay) |
Namun, tak banyak orang yang menyadari hal tersebut. Mereka justru menghabiskan seluruh waktunya untuk mengejar dunia, seakan takut kehilangan rezeki. Tak tersisa lagi waktu untuk beribadah. Padahal, dunia hanya sementara.
Kehidupan dunia memang harus seimbang antara menjaga hubungan dengan Allah Ta'ala (hablum minallah) dan hubungan dengan manusia (hablum minannas). Manusia tak boleh meninggalkan kewajiban sosialnya kepada sesamanya. Mereka tetap harus bekerja menghidupi keluarga, membantu orang lain yang membutuhkan tenaganya, atau ikut kegiatan sosial di lingkungannya.
Namun, semua kegiatan tersebut harus bernuansa ibadah, dan ditujukan untuk memperoleh ridha Allah Ta'ala. Bukan untuk mendapatkan pujian manusia, atau sekadar memenuhi ambisi dunia. Sebab, segala bentuk pujian dan hiasan dunia itu akan hilang. Tidak akan kekal. Akhirnya, kita akan kecewa.
Sebaliknya, jika kita menyadari bahwa hakikat kehidupan hanya untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala, maka kita tak akan pernah lelah atau kecewa. Apalagi Allah Ta'ala juga menjanjikan bahwa jika kita mengejar akhirat, maka dunia pun akan dapat bagiannya pula.
Dunia ini hanya sementara. Kata Allah Ta'ala dalam al-Qur'an, dunia ini hanya senda gurau dan permainan belaka. Tempat hidup kita yang sesungguhnya bukan dunia, tapi di akhirat yang kekal abadi.
Jadi, jangan pernah merasa sombong dan berbangga diri. Semoga kita kembali kepada sang Illahi dalam keadaan diridhoi, bukan dimurkai. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)