Laman

Selasa, 04 Oktober 2022

Capacity Building Profetik

Penulis: Dr. Irfan Yahya |

Semua organisasi pasti akan diuji kemampuannya dalam beradaptasi dan kelihaiannya untuk "berselancar" pada derasnya arus gelombang perubahan.

Dalam rangka menjawab tantangan itu, dalam dunia manajemen dan pengembangan organisasi, Capacity Building bak menjadi "mantra" yang wajib dilakukan.

Capacity Building diterjemahkan secara umum sebagai proses peningkatkan kemampuan knowledge (pengetahuan), skills (keterampilan), attitude (sikap) dan perilaku (behaviour) dari sumber daya manausia (insani).

Capacity Building berproses pada tiga level; individu, kelompok dan institusi atau organisasi, dalam rangka menjamin kesinambungan gerak laju organisasi sesuai visi dan misi yang diemban.

Khusus pada level individu, sebagai aktor penggerak, dituntut memiliki kapasitas yang terus berkembang dalam hal berkomunikasi, memotivasi diri, problem solving, kreativitas, dan kepemimpinan.

Dengan Capacity Building para aktor penggerak distimulasi kemampuan dalam hal "Problem Solving", "Decision Making", serta kecakapan dalam mengidentifikasi “Key Problem”.

Capacity Building meransang untuk meningkatkan kemampuan para aktor penggerak dalam “Situational Leadership & Empowerment" serta dapat menjadi “Agen Perubahan” (Change Agent) yang efektif dan efisien di lingkungan unit kerja masing-masing, dan memiliki kepekaan jiwa "Entrepreneurship".

"Capacity Building Profetik" adalah proses pembentukan dan pengembangan kapasitas manusia yang merujuk pada wahyu; Iqra Bismirabbik.

Untuk mendukung perintah Iqra Bismirabbik tersebut Allah Swt telah menyematkan kepada manusia sengala instrumen penting dalam proses penciptaannya. Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, akal untuk berpikir.

Dengan perintah Iqra Bismirabbik, manusia diarahkan untuk membaca ayat-ayat Allah Swt, baik ayat Qauliyah (Wahyu) maupun ayat Halqiyah/Kauniyah (Segala Ciptaan Allah Swt).

Proses Iqra Bismirabbik, akan menuntun manusia membangun dan mengembangkan kapasitasnya untuk mengetahui, menegakkan serta mengikuti hukum-hukum Allah Swt dalam wujud amal sholeh.

Amal sholeh yang dimaksudkan yakni segala aktivitas atau kreativitas yang dilakukan tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah Swt, baik yang bersumber dari ayat Qualiyah ataupun ayat Halqiyah/Kauniyah.

Manusia yang ber-Iqra Bismirabbik akan menjadikan ayat-ayat Qauliyah sebagai pedoman hidup ( minhajul hayah) untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Sedangkan ayat-ayat Halqiyah/Kauniyah dijadikan sebagai sarana (wasilah) manusia dalam menggapai kebahagiaan hidupnya di dunia.

Sikap manusia terhadap perintah ber-Iqra Bismirabbik beragam macam tipenya, tergantung seberapa tebal tabir yang menghalanginya untuk menggapai hidayah dari Allah Ta'ala.

Mari kita simak firmal Allah Ta'ala dalam al-Qur'an surat Al A'raf [7] ayat ke-179, "Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."

Wallahi a'lam. ***

Penulis: Dr. Irfan Yahya | Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Bayan Hidayatullah Makassar