Penulis: Rini Dwi Utami |
Hidup adalah pilihan. Terserah kita mau memilih jalan yang mana; surga atau neraka; jalan kebaikan atau keburukan; menjadi pemenang atau pecundang.
Namun, setiap pilihan selalu ada konsekuensi dan tanggung jawab yang harus kita emban. Jika ingin mengubah diri kita dari pecundang menjadi pemenang maka kita juga harus berani mengubah mindset.
Menurut KH Syihabuddin Abdul Muis, pimpinan Ponpes Isykarima, Karangpandang, Jawa Tengah, "Saat kita kalah dalam mindset, maka kita akan sempit dalam beramal."
Allah Ta'ala menegaskan dalam al-Qur'an surat at-Taubah [9] ayat 20:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan."
Dari ayat ini kita bisa paham bahwa ada tiga kata kunci untuk mengubah diri dari pecundang menjadi pemenang. Pertama, kita harus menjadi orang yang beriman, yaitu orang yang patuh dengan perintah Allah Ta'ala dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.
Kedua, kita harus menjadi orang yang berhijrah. Kata Hijrah memiliki tiga arti, yakni meninggalkan kemaksiatan kepada sesuatu yang Allah perintahkan, pindah dari yang buruk kepada yang lebih baik, dan menjauh dari apa yang menjerumuskan kepada petunjuk yang bisa menyelamatkan pada jalan kebaikan.
Ketiga, orang yang berjihad di jalan Allah. Jihad dalam arti luas adalah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, bersungguh-sungguh dalam amal kebaikan dan juga orang yang berjuang menegakkan kebenaran Islam.
BACA JUGA: Tak Ada Kata Terlambat Untuk Bertaubat
Ketiganya seringkali disebut sebagai pilar kemenangan dalam Islam. Maka, jika kita ingin tampil sebagai pemenang mulailah tegakkan ketiga pilar tersebut.
Bila kita sudah berusaha menegakkan ketiga pilar itu maka bertawakallah kepada Allah Ta'ala, jangan sekali-kali bertawakal dengan apa yang sudah kita usahakan. Sebab, tawakal itu hanya kepada Allah Ta'ala dan kemenangan adalah tanda ke-Mahamurah-an dan ke-Mahakuasa-an Allah Ta'ala.
Wallahua'lam
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)