Sebagian orang memahami tawakal sebagai sikap berserah diri dan pasrah tanpa usaha sama sekali. Sebagai contoh, seseorang yang sedang sakit menginginkan sembuh tanpa berobat.
Berdoalah setelah berikhtiar (foto: Pixabay) |
Apakah tawakal itu betul demikian? Tentu tidak! Sebab, tawakal adalah sikap pasrah kepada Allah Ta'ala setelah melakukan berbagai ikhtiar dan doa.
Tentang tawakal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi di waktu pagi dalam keadaan lapar dan kembali di waktu sore dalam keadaan kenyang," (Riwayat Ahmad, Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
BACA JUGA: Makna Luar Biasa di Balik Kata Syukur
Ibnu Rojab rahimahullah dalam Jami'ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan Hadits ini mengatakan, "Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah 'Azza wa Jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata."
Dari kutipan di atas kita menjadi paham bahwa tawakal bukan hanya menyandarkan hati kepada Allah Ta'ala, melainkan adanya sebuah ikhtiar terlebih dahulu. Hal ini diibaratkan seekor burung yang berikhtiar mencari makan.
Al Munawi juga mengatakan, "Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rezeki. Yang memberi rezeki adalah Allah Ta'ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakal tidak harus meninggalkan sebab, akan tetapi dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rezeki dengan usaha sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rezeki," (Lihat Tuhfatul Ahwadzi Bisyarhi Jaami' at-Tirmidzi, 7/7-8, Maktabah Syamilah).
Wallahu a'lam. ***