Penulis: Agesti Ita Purnamasari |
Kita mungkin pernah menangis begitu panjang atau merintih begitu lama di tengah kesunyian karena merasa diri begitu kecil untuk menghadapi ujian berat yang ada di hadapan kita.
Saat itu, kepercayaan dalam diri kita seakan-akan hilang dan kekuatan dalam diri kita tenggelam. Kita sangat berharap badai ujian ini segera berakhir. Namun, ujian itu tetap saja hadir, walaupun kita mencoba untuk terus menghindar.
Begitulah dunia yang fana, tempat beragam masalah menantang manusia. Ketika kita telah memilih jalan keimanan dan melangkah untuk menjadi orang yang lebih baik, saat itu pula ujian akan selalu hadir menghampiri kita.
Namun, ujian tersebut bukanlah tanda bahwa Allah Ta'ala tidak sayang kepada kita. Justru inilah tanda Allah Ta'ala menginginkan kita menjadi manusia yang lebih baik dibanding sebelumnya. Ujian datang untuk menempa diri kita agar menjadi orang-orang yang kuat, tegar, dan tidak cengeng.
Seperti kisah Nabi Ibrahim alaihissalam. Apakah beliau tidak dilindungi Allah Ta'ala ketika dilemparkan kedalam api oleh musuh-musuhnya? Bukankah Allah Ta'ala dengan cepat menjadikan api itu dingin?
Apakah Nabi Nuh alaihissalam tidak ditolong Allah Ta'ala ketika banjir yang sangat besar terjadi pada saat itu? Bukankah Allah Ta'ala memerintahkan Nabi Nuh as untuk membuat bahtera yang sangat besar untuk menolong dirinya dan kaumnya?
Ketika keadaan yang genting seperti itu tiba-tiba datang, kepada siapa para Nabi tersebut meminta pertolongan? Apakah ada logika manusia yang sampai pada saat itu untuk meminta pertolongan kepada selain Tuhannya? Siapakah Tuhan yang bisa menolong tersebut?
Tentu Tuhan yang dimaksud adalah Allah Ta'ala, tak ada yang lain. Dialah Dzat yang menguasai apa yang ada di bumi dan di langit. Allah Ta'ala yang menjadikan sesuatu ada atau menjadikan sesuatu tidak ada. Tak ada satu pun yang tidak berada dalam genggaman Allah Taala.
Ini disebutkan oleh Allah Ta'ala di dalam al-Qur'an surat al-Qassas [28] ayat 88, "Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."
Wallahu a'lam.
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)