Penulis: Asih Subagyo |
Kejadian penghinaan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam (saw) senantiasa berulang. Setelah kasus Holywings yang menyebabkan dipenjarakannya enam tersangka, muncul juga video muda-mudi yang sedang pesta minuman keras sambil mengeluarkan kata-kata yang menghina dan melecehkan Sang Panutan Umat Islam itu.
Kita tidak pernah tahu apa motifnya. Kita juga tak paham apakah mereka sengaja melakukan itu atau tidak. Namun, pelecehan terhadap Nabi Muhammad saw sama dengan melecehkan Islam itu sendiri.
Terkait hal di atas, sesungguhnya Allah Ta'ala sudah memberi peringatan dalam al-Qur'an surat Al-Kautsar [108] ayat 3 yang berbunyi Inna syāni`aka huwal-abtar (Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus).
Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia terhadap ayat tersebut menjelaskan: Sungguh orang-orang yang membenci Rasulullah saw mengacuhkan hidayah yang beliau bawa, dialah orang yang terputus. Tidak hanya terputus jejaknya, tapi juga dijauhkan dari rahmat Allah dan segala kebaikan. Keteladanan dan kebaikan Rasulullah saw akan terus menjadi pembicaraan sepanjang zaman, dan keturunan beliau akan terus mewarisi kebaikan beliau.
Sementara Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam Tafsir Juz’ama menjelaskan, ”Barangsiapa membenci syariat Rasulullah saw, atau membenci syiar-syiar agama Islam, atau membenci ketaatan berupa ibadah yang dilakukan kaum Muslim, maka ia kafir, keluar dari Islam. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala dalam surat Muhammad [47] ayat 9, yang artinya: "Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah lalu Allah menghapus amal-amal mereka."
Amalan tidaklah gugur kecuali dengan kekufuran. Karena itu, kata Syekh Utsaimin, siapa saja yang membenci wajibnya shalat, maka ia kafir walau pun ia shalat. Begitu pula orang-orang yang membenci zakat maka ia kafir walaupun menunaikannya. Namun, siapa saja yang merasa keberatan dengan syariat tanpa membencinya maka pada dirinya terdapat perangai kemunafikan, tetapi ia tidak kafir.
Syekh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, seorang professor pada Fakultas Syariah Universitas Qashim, Saudi Arabia, menjelaskan dalam Li Yaddabbaru Ayatih tentang ayat ini sebagai berikut: Allah menyebutnya dengan orang-orang yang membenci, seakan-akan Allah mengatakan, "Inilah orang yang membencimu (Rasulullah saw) tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya membencimu, dan pembenci ketika ia sudah tidak lagi mampu berbuat keji, maka ketika itu hatinya akan terbakar dengan kemarahan dan kebenciannya."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengomentari ayat ini dengan mengatakan: "Berhati-hatilah wahai kalian yang membenci risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, atau kalian menolaknya hanya karena membela hawa nafsu, atau ingin mengangkat loyalitas kelompok kalian, atau guru kalian, atau bahkan kalian ingin menyibukkan diri untuk memuaskan syahwat, atau sibuk dengan dunia, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak memerintahkan ketaatan kepada selain-Nya kecuali ketaatan kepada Rasul-Nya.”
Dengan demikian jelaslah bahwa para pembenci Rasulullah saw akan terputus dari semua kebaikan, terputus namanya atau bahkan terputus keturunannya. Adapun Nabi saw tetaplah seorang yang sempurna dan memiliki banyak pembela.
Tidak akan pernah berkurang kemuliaan beliau hanya karena hinaan para pembencinya. Bahkan justru semakin meningkat kecintaan umatnya kepada beliau dan semakin kuat ketaatan kepada seluruh syariat dan risalah yang dibawa beliau hingga akhir zaman. Inilah yang tak pernah diperhitungkan oleh para pembenci Rasulullah saw. ***
Wallahu a’lam.
(Penulis adalah peneliti senior pada Hidayatullah Institute)