Penulis: Umi |
Setiap kita punya tujuan dalam hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita perlu berusaha setahap demi setahap. Tak mungkin kita langsung sampai tujuan tanpa melewati tahap demi tahap tersebut.
Para pendaki gunung melangkah tahap demi tahap untuk sampai ke puncak (foto: Pixabay) |
Ibarat seorang pendaki gunung, ia perlu berjalan selangkah demi selangkah agar bisa sampai ke puncak. Tak mungkin ia loncat langsung ke puncak tanpa melangkah setahap demi setahap terlebih dahulu.
Begitu juga dalam melangkah, kita harus menentukan arah dan tujuan. Sebab, jika kita tak tahu ke mana arah kita melangkah, boleh jadi kita hanya berputar-putar saja, tak pernah bisa sampai ke puncak.
Dakwah pun demikian pula. Dakwah harus memiliki tahapan dan tujuan. Hal ini dijelaskan dalam Sirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri. Di halaman 147 kitab tersebut dijelaskan tentang wahyu kedua yang diturunkan Allah Ta'ala kepada Rasulullah saw, yakni surat Al-mudatsir [74] ayat 1 sampai 7.
"(1) Hai orang yang berkemul (berselimut), (2) bangunlah, lalu berilah peringatan! (3) Dan Tuhanmu, agungkanlah! (4) Dan pakaianmu, bersihkanlah. (5). Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah. (6) Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (7) Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah."
Di dalam surat tersebut terdapat perintah dari Allah Ta'ala kepada Rasulullah saw untuk berdakwah. Rasulullah saw kemudian menjalankan perintah tersebut. Namun, tidak langsung secara terbuka. Beliau memulai tahapan awal dengan sembunyi-sembunyi.
Orang pertama yang beliau dakwahi adalah keluarga terdekatnya atau orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan beliau. Setelah turun wahyu Allah Ta'ala berupa surat asy-Syura [26] ayat 214; "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat," beliau melakukan tahapan dakwah selanjutnya, yakni berdakwah secara terang terangan. Beliau mengumpulkan kerabatnya dari Bani Hasyim dan mengajak mereka memeluk Islam.
Begitulah selanjutnya hingga beliau hijrah ke Madinah. Di Madinah pun beliau melakukan dakwah kepada para raja dan penguasa wilayah sekitar Madinah. Dari tahapan demi tahapan ini dapat kita simpulkan bahwa menjalankan tahapan demi tahapan dalam dakwah telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Kita pun seharusnya demikian, perlu melakukan tahapan dalam dakwah.
Wallahu a'lam bishawab.
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)