Penulis: Rini Dwi Utami |
Cinta adalah fitrah manusia sebagai mahluk berakal. Cinta adalah bentuk rasa tulus yang muncul dalam hati manusia. Hidup tanpa cinta akan terasa kering dan hampa, bagaikan padang tandus yang tak ada tumbuhan di atasnya. Cinta sering membawa kebahagiaan, namun juga tidak jarang terjadi kekecewaan.
Bagi umat Islam cinta harus dirangkai pada bingkai cinta karena Allah Ta'ala. Cinta harus didasari atas izin Allah Ta'ala dan harus disandarkan pula pada keridhoan Allah Ta'ala. Kita sebagai manusia hanya mampu berencana dan yang menentukan segalanya adalah Allah Ta'ala.
Lalu bagaimana jika muncul rasa cinta yang berlebihan pada kita Rasulullah SAW memberikan tuntunan dengan sabda beliau:
اَحْبِب حَبِيبَكَ هَوّنًامَا، عَسَى اَن يَكُونَ بَغِيضَكَ يَومًامَا وَابغِضَ بَغِيضَكَ هَونًا مَا، عَسَى اَن يَكُونَ حَبِيبَكَ يَومًامَا
"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya. Bisa jadi satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai," (Riwayat at-Tirmidzi no.1997).
Segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik, termasuk juga cinta. Jika kita terlalu cinta kepada sesuatu bisa menjadikan kita tunduk pada dunia dan lupa kepada Allah Ta'ala. Akibatnya, kita akan sulit menerima keputusan takdir Allah Ta'ala karena kekecewaan dari rasa cinta yang berlebihan.
Karena itu, cintailah apapun dan siapapun seperlunya saja. Jangan sampai kecintaan kita melebihi cinta kita kepada Allah Ta'ala.
Terhadap apa yang sudah Allah Ta'ala titipkan, cobalah untuk menyayangi semampunya. Jika kita mampu memberikan kasih sayang yang baik maka berikan yang terbaik itu untuk menjaganya dan jangan sesekali menyia-nyiakan amanah yang telah diberikan kepada kita.
Allah Ta'ala berikan kita badan yang utuh dan sempurna, tidak ada cacat satu pun, maka jaga dan sayangilah semampunya. Jika mampu memberikan yang terbaik maka jaga dengan sebaik mungkin karena semua yang Allah Ta'ala titipkan kepada kita akan ada pertanggung jawabannya. Jangan sampai kita menjadi orang yang zalim karena menyia-nyiakan amanah dan kesempatan yang ada pada kita.
Sebagai umat yang taat kepada Allah Ta'ala, kita ditugaskan untuk selalu memperbaiki diri agar kebahagiaan dalam cinta adalah bahagia yang berkah karena Ridho-Nya.
Wallahu a'lam.
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir)