Sewajarnya, Ramadhan yang baru saja kita lewati, mampu membuat kita lebih baik. Mungkin bacaan Qur'an kita lebih bagus, pemahaman kita kepada Islam lebih baik, atau kesabaran kita lebih teruji.
Atau, … buat Anda para perokok, Ramadhan bisa menjadi momen paling baik untuk menghentikan kebiasaan yang sia-sia tersebut.
Terhadap hal yang yang satu ini, seharusnya mudah saja kita lakukan. Mengapa? Sebab, selama sebulan ---setidaknya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari--- kita mampu menghentikan kebiasaan itu. Bukankah seharusnya di luar bulan Ramadhan kita juga bisa melakukannya?
Tapi mungkin Anda --para perokok-- akan bertanya, "Mengapa harus dihentikan?”
BACA JUGA: Ramadhan Telah Pergi, Bagaimana Kualitas Keimanan Kita?
Jawabnya, pertama, merokok itu haram! Banyak ulama telah menfatwakan hal ini.
Jika Anda masih ingin menyodorkan sejumlah argumentasi bahwa ada pula sebagian ulama yang menghalalkannya, maka coba simak alasan kedua ini: bahwa merokok akan merusak kesehatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda! Coba baca peringatan yang tertulis pada kemasan rokok Anda! Jelaskan di situ tertulis demikian?
Sayangnya, fakta dari Ramadhan ke Ramadhan, jumlah perokok di negeri ini tetap tinggi. Tahun 2013, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, jumlah perokok di Indonesia mencapai 58.750.592 orang. Konon, jumlah ini lebih dari sepuluh kali lipat jumlah seluruh penduduk Singapura.
Tahun 2021, jumlah perokok di Indonesia sekitar 65,7 juta orang. Jumlah ini menempatkan negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia ini di peringkat ketiga perokok terbanyak di dunia.
Data-data tersebut jelas membuat kita merasa miris. Mengapa mereka tak mampu mengubah dirinya selama Ramadhan? Bukankah tanda kebaikan bagi seorang Muslim, kata Rasulullah SAW, adalah meninggalkan hal yang sia-sia dan tak bermanfaat? Rasulullah SAW bersabda, "Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat,” (Riwayat Tirmidzi).
BACA JUGA: Jujurlah, Takutkah Anda pada Neraka?
Jika aktivitas merokok tak bisa berhenti lewat “madrasah” Ramadhan, lantas bagaimana dengan aktivitas-aktivitas mubazir lainnya? Bagaimana pula dengan tindak kezaliman, kecurangan, korupsi, dan kriminalitas?
Padahal –sekali lagi-- menghentikan kebiasaan merokok, bagi kaum Muslim, bukan perkara mampu atau tidak mampu, tapi mau atau tidak mau.
Bila kita mau, insya Allah kita bisa. Dan, tak akan terjadi apa-apa pada tubuh kita. Bahkan, tubuh bisa menjadi lebih sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit.
Wallahu a’lam.
Terhadap hal yang yang satu ini, seharusnya mudah saja kita lakukan. Mengapa? Sebab, selama sebulan ---setidaknya mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari--- kita mampu menghentikan kebiasaan itu. Bukankah seharusnya di luar bulan Ramadhan kita juga bisa melakukannya?
Tapi mungkin Anda --para perokok-- akan bertanya, "Mengapa harus dihentikan?”
BACA JUGA: Ramadhan Telah Pergi, Bagaimana Kualitas Keimanan Kita?
Jawabnya, pertama, merokok itu haram! Banyak ulama telah menfatwakan hal ini.
Jika Anda masih ingin menyodorkan sejumlah argumentasi bahwa ada pula sebagian ulama yang menghalalkannya, maka coba simak alasan kedua ini: bahwa merokok akan merusak kesehatan Anda dan orang-orang di sekitar Anda! Coba baca peringatan yang tertulis pada kemasan rokok Anda! Jelaskan di situ tertulis demikian?
Sayangnya, fakta dari Ramadhan ke Ramadhan, jumlah perokok di negeri ini tetap tinggi. Tahun 2013, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, jumlah perokok di Indonesia mencapai 58.750.592 orang. Konon, jumlah ini lebih dari sepuluh kali lipat jumlah seluruh penduduk Singapura.
Tahun 2021, jumlah perokok di Indonesia sekitar 65,7 juta orang. Jumlah ini menempatkan negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia ini di peringkat ketiga perokok terbanyak di dunia.
Data-data tersebut jelas membuat kita merasa miris. Mengapa mereka tak mampu mengubah dirinya selama Ramadhan? Bukankah tanda kebaikan bagi seorang Muslim, kata Rasulullah SAW, adalah meninggalkan hal yang sia-sia dan tak bermanfaat? Rasulullah SAW bersabda, "Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat,” (Riwayat Tirmidzi).
BACA JUGA: Jujurlah, Takutkah Anda pada Neraka?
Jika aktivitas merokok tak bisa berhenti lewat “madrasah” Ramadhan, lantas bagaimana dengan aktivitas-aktivitas mubazir lainnya? Bagaimana pula dengan tindak kezaliman, kecurangan, korupsi, dan kriminalitas?
Padahal –sekali lagi-- menghentikan kebiasaan merokok, bagi kaum Muslim, bukan perkara mampu atau tidak mampu, tapi mau atau tidak mau.
Bila kita mau, insya Allah kita bisa. Dan, tak akan terjadi apa-apa pada tubuh kita. Bahkan, tubuh bisa menjadi lebih sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit.
Wallahu a’lam.