Laman

Rabu, 16 Maret 2022

Tiga Orientasi Pendidikan Untuk Menghadapi Tantangan Masa Depan

Penulis: Ibnu M Hawab

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Dr. Nashirul Haq mengungkapkan ada tiga orientasi pendidikan yang menjadi tantangan ke depan. Ketiganya, jelas Nashirul dalam acara pembukaan Daurah Marhalah Ula (DMU) Nasional siswa SMA di Aula Sekolah Pemimpin, Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Selasa (15/3/2022), adalah karakter, narasi, dan kompetensi.

Soal karakter, jelas Nashirul sebagaimana dikutip dari laman resmi DPP Hidayatullah, www.hidayatullah.or.id, saat ini sudah ada kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang semua bisa dikendalikan oleh robot atau teknologi. “Jadi, kalau sekadar kecerdasan, robot pun (saat ini) sudah lebih cerdas dari kita. Maka yang paling menentukan adalah karakter,” katanya.

Tanpa karakter luhur, kecerdasan yang dimiliki seseorang tak akan bernilai. Namun, karakter pun harus ditopang dengan narasi yang baik. “Narasi ini (adalah) ilmu. Ilmu yang selalu dikembangkan," kata Nashirul.

Adapun narasi yang dikembangkan oleh Hidayatullah adalah derivasi dari wahyu. Karenananya, kata Nashirul lagi, pendidikan Hidayatullah diistilahkan dengan "pendidikan integral berbasis tauhid".

Semua ilmu harus dijiwai dengan nilai-nilai al-Qur'an, karena al-Qur'an adalah sumber ilmu dan sumber inspirasi. Karena itu, peserta didik bertanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sains ke depan berdasarkan nilai nilai tauhid yang oleh sarjana Muslim diistilahkan sebagai Islamization of Human Knowledge (IOHK).

“Kita harus melakukan islamisasi ilmu. Sebab, ilmu sekarang banyak yang disalahgunakan dan kehilangan orientasi," kata Nashirul. Ilmu saat ini lebih benayk berorientasi kepada dunia dan materi. Karena itu, narasi-narasi yang harus dibangun oleh kaum Muslim adalah narasi ilmu yang berlandaskan kepada wahyu.

Selanjutnya soal kompetensi, kata Nashirul, juga harus menjadi orientasi pendidikan di masa depan. Peserta didik harus memiliki keterampilan.

“Ilmu saat ini sudah mudah didapatkan, namun kompetensi harus terus dilatih dan kembangkan. Karena itu perlu latihan dan proses yang panjang,” jelas Nashirul.

Orientasi kompetensi ini sepenarikan nafas dengan konsepsi al-Qur'an yang ingin mengantarkan setiap orang beriman memiliki 2 hal sekaligus sebagaimana terdapat dalam al-Qur'an surah Sad ayat 45: ulil aidi wal abshar.

Ulil aidi adalah orang orang yang memiliki keterampilan atau skil. Nashirul lantas membuat perumpamaan sekolah favorit yang ia kunjungi di Massachusetts, Amerika Serikat. Sekolah tersebut menerapkan model berasrama layaknya pondok pesantren di Indonesia. Mereka yang bersekolah di situ bukan orang sembarangan. Mereka anak-anak orang kaya dan berpengaruh.

Karena itu, kata Nashirul, para santri seharusnya bangga dengan pesantren tempat mereka dididik. Di sana mereka bisa mengembangkan berbagai potensi yang mereka miliki. Santri harus terampil dan memiliki karakter ulil abshar, yaitu pandangan jauh ke depan disertai tekun beribadah. "Inilah yang kita ingin lahirkan di Hidayatullah,” kata Nashirul

Ia juga berpesan agar tiga orientasi ini: karakter, narasi, dan kompetensi, hendaknya menjadi perhatian bagi semua penyelenggara pendidikan. “Hidayatullah hadir sebagai swaka generasi dengan pondok pesantren dan lembaga pendidikannya untuk menyelamatkan generasi karena kehidupan yang dihadapi saat ini sungguh berat tantangannya,” imbuhnya. ***

(Penulis adalah redaktur pada situs tadabbur.republika.co.id)