Penulis: Erinne Claufalia |
Ketika kita telah memanjatkan doa kepada Allah Ta'ala, namun tak kunjung Allah Ta'ala kabulkan doa kita, muncullah perasaan ragu dan bertanya-tanya, "Apakah Allah Ta'ala mendengarkan doaku? Apakah Allah Ta'ala tidak sayang padaku? Mengapa lama sekali doaku terjawab?"
Padahal kita tahu, Allah Ta'ala telah berfirman di dalam al-Qur'an surat Ghafir [40] ayat 60, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu..." Lalu mengapa doa kita tak juga Allah Ta'ala kabulkan?
Rasulullah Shallahu Alaihi Wasalam (SAW) juga menyatakan bahwa Allah Ta'ala malu apabila ada seorang hamba yang berdoa kepada-Nya dengan mengangkat kedua tangannya ke arah langit. Ini disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi (nomor 3556), Abu Dawud (nomor 1488), dan Ibnu Majah (nomor 3865), "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Pemalu dan Maha Pemurah. Allah Ta'ala malu kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, namun kembali dalam keadaan kosong (yaitu, tidak dikabulkan)."
Lalu, muncul pertanyaan-pertanyaan yang membuat hati kita bertambah ragu dengan janji Allah Ta'ala dalam ayat tersebut. Bukankah Allah Ta'ala telah berjanji akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya apabila hamba-hamba-Nya berdoa kepada-Nya? Bukankah Allah Ta'ala tidak akan mengingkari janji-Nya sendiri?
Sebelum pertanyaan-pertanyaan tersebut berkelana semakin liar, ada baiknya kita sadari dulu apa yang salah dengan diri kita. Kita harus paham ada beberapa sebab mengapa doa-doa kita tak juga dikabulkan oleh Allah Ta'ala.
Pertama, barangkali doa kita tidak ikhlas kepada Allah Ta'ala. Kita tidak berharap penuh kepada Allah Ta'ala bahwa hanya Allah Azza wa Jalla yang bisa mengabulkan doa-doa kita. Padahal, ikhlas menjadi syarat pertama dikabulkannya doa.
Kedua, barangkali kita tidak merasa sangat butuh pertolongan Allah Ta'ala, dan tidak sepenuhnya yakin bahwa hanya Allah Ta'ala yang bisa mengabulkan doa-doa kita. Padahal, doa yang dikabulkan adalah doa yang disertai keyakinan penuh bahwa tidak ada siapa pun yang bisa menolong kita kecuali hanya Allah Ta'ala.
Orang yang berdoa tanpa desakan atau tekanan biasanya hanya akan berharap alakadarnya. Yang penting berdoa. Kalau terkabul ya syukur, kalau tidak juga tidak apa-apa.
BACA JUGA: Jaga Amarah, Hindari Murka Allah
Ketiga, kita belum berupaya sekuat kemampuan untuk menjauhi makanan haram. Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah." (Al-Baqarah [2]: 172)
Dalam ayat yang lain Allah Ta'ala menyeru kepada para Rasul, "Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan beramal shalih-lah kalian," (Al-Mu'minuun [23]: 51)
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW pernah menyebutkan tentang seseorang yang sedang dalam perjalanan. Rambutnya kusut, pakaiannya kotor dan berdebu. Dia menengadahkan tangannya ke arah langit seraya berkata, "Ya Rabb, Ya Rabb."
Namun, kata Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim (nomor 1015), makanannya berasal dari yang haram, pakaiannya juga dari yang haram, tumbuh besarnya dari makanan yang haram. Lalu, kata Rasulullah SAW, "Bagaimana mungkin doanya Allah kabulkan?"
Inilah hal-hal penting yang harus kita pahami manakala ingin doa kita dikabulkan oleh Allah Ta'ala, terutama pada sebab terakhir tadi. Meskipun dua sebab sebelumnya telah terpenuhi, namun bila kita masih dikelilingi oleh hal-hal yang haram, maka kecil kemungkinan doa kita akan dikabulkan Allah Ta'ala.
Wallahu a'lam.
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir, Jakarta)