Oleh: Syifaunnisa |
Setiap orang pasti mendambakan suasana hati yang tenang dan luas. Namun, tidak semua orang yang mendapatkan ketentraman dan ketenangan jiwa. Bila ketentraman jiwa dimiliki, hidup terasa lebih mudah, tiada gelisah. Sementara bila hati tidak tentram, seseorang merasa kehilangan makna hidup.
Pada jiwa-jiwa yang berisi, semangat hidup itu terjaga karena mereka percaya bahwa pertolongan Allah itu benar-benar ada. Bukan percaya di mulut saja. Mereka tidak sekedar menjemput-Nya dengan lafadz dalam doa, tapi merasakan kehadiran-Nya di jiwa dan diperkuat dengan ikhtiar nyata berlipat ganda.
Tanda kedekatan seseorang dengan Robb-nya adalah merunduk. Semakin dekat antara seseorang dengan Robb-nya, semakin merunduk dan rendah hati. Semakin hidup pula jiwanya. Tidak lain karena dia selalu sadar bahwa diri beserta yang dimilikinya hanyalah titipan sementara, dari ilahi yang bisa hilang dan pergi setiap saat.
Pada pencapaian yang tidak terlihat itu juga, kebermaknaan hidup akan dijumpai. Akhirnya, rasa yang indah bahagia dan tenteram di jiwa itu yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang sepanjang hidupnya. Tanpa keduanya, seseorang tidak akan berarti apa-apa meski dia memiliki segalanya. Sebab, keberhasilan itu bermuara pada rasa dan jiwa bukan pada benda maupun ketika diri di puja-puja. ***
(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir, Jakarta)