Kampung Muallaf adalah Kampung yang terletak di Desa Uwemanje, Kec. Kinovaro, Kab. Sigi-Sulawesi Tengah. Kampung ini masih terletak dekat dengan dengan wilayah Sigi Kota, tak banyak warga Palu begitu juga Sigi yang mengetahui letak dan tempat Kampung Muallaf ini. Sampai sekarang, walaupun kampung ini di juluki dengan Kampung Muallaf, namun kampung ini masih ditinggali oleh mayoritas Kristen.
Menurut hasil wawancara beberapa warga mengatakan mereka memeluk agama Islam karena hasil dari pernikahan yang berbeda agama, mengikuti orang tua, hingga kesadaran mereka Ketika melihat perbedaan penerapan kebersihan antara Islam dan Kristen.
"Kami masuk Islam biasanya karena pernikahan, ada juga karena mengikuti orang tua, tapi kebanyakan juga dari kami membuat masuk Islam karena melihat kebersihan yang dimiliki agama Islam, biasanya kalau orang Kristen pergi Ibadah kan menggunakan sendal masuk gereja, entah itu sudah menginjak tai anjing kah atau tidak mereka tetap masuk saja, mereka tidak ada membersihkan sendalnya masing-masing. Pas kami melihat orang Islam mereka sebelum masuk masjid berwudhu dulu, membersihkan diri, setelah itu mereka membuka sendal Ketika ingin masuk masjid, seperti itu," jawab Ibu Nei salah satu warga Kampung Muallaf.
Sampai saat ini mereka masih minim akan pengetahuan agama Islam, sebab tidak terdapatnya guru, ataupun Ustadz yang dapat mengajarkan mereka perihal agama, mengaji, dsbg di sekitar kampung. Namun, saat salah seorang habib dari Jami'atul Khairaat datang ke kampung ini dan mengajak Ibu-ibu Guru dari MTS Al-Khairaat untuk mengajarkan mereka mengaji, mereka pun mulai antusias dan semangat dalam mengikuti pengajian ini. Hingga saat ini, di Kampung Muallaf biasa di datangi oleh Sekelompok pemuda yang memiliki program kerja untuk mengajarkan Ibu-ibu dan anak-anak di Kampung Muallaf mengaji, karena lambat laung Ibu Guru dari Al-Khairaat yang tadinya mengajar mengaji di Kampung Muallaf tak lagi datang.
Pengajian berlangsung 2-3 pekan sekali. Mereka, terlihat sangat haus dengan Ilmu agama yang mereka tak dapati selain belajar mengaji. Pasalnya, tak ada orang yang bisa mengajar mereka seputar agama disebabkan akses jalan dan kurangnya masyarakat mengetahui letak kampung ini.
"Kami terkadang menunggu dari Jam 3 sore, menunggu guru-guru datang hingga maghrib sampai kami mengaji sendiri entah salah atau benar kami mengaji setahu-tahu kami saja, sebab biasanya tak ada satupun guru yang datang," Ucap seorang Ibu di Kampung Muallaf.
Saat ini, kampung Muallaf masih sangat membutuhkan pengajar, guru-guru, maupun Ustadz, untuk mengajarkan mereka mengaji dan seputar agama Islam agar mereka mengetahui agama yang baru saja mereka anut tersebut. ***
"Kami masuk Islam biasanya karena pernikahan, ada juga karena mengikuti orang tua, tapi kebanyakan juga dari kami membuat masuk Islam karena melihat kebersihan yang dimiliki agama Islam, biasanya kalau orang Kristen pergi Ibadah kan menggunakan sendal masuk gereja, entah itu sudah menginjak tai anjing kah atau tidak mereka tetap masuk saja, mereka tidak ada membersihkan sendalnya masing-masing. Pas kami melihat orang Islam mereka sebelum masuk masjid berwudhu dulu, membersihkan diri, setelah itu mereka membuka sendal Ketika ingin masuk masjid, seperti itu," jawab Ibu Nei salah satu warga Kampung Muallaf.
Sampai saat ini mereka masih minim akan pengetahuan agama Islam, sebab tidak terdapatnya guru, ataupun Ustadz yang dapat mengajarkan mereka perihal agama, mengaji, dsbg di sekitar kampung. Namun, saat salah seorang habib dari Jami'atul Khairaat datang ke kampung ini dan mengajak Ibu-ibu Guru dari MTS Al-Khairaat untuk mengajarkan mereka mengaji, mereka pun mulai antusias dan semangat dalam mengikuti pengajian ini. Hingga saat ini, di Kampung Muallaf biasa di datangi oleh Sekelompok pemuda yang memiliki program kerja untuk mengajarkan Ibu-ibu dan anak-anak di Kampung Muallaf mengaji, karena lambat laung Ibu Guru dari Al-Khairaat yang tadinya mengajar mengaji di Kampung Muallaf tak lagi datang.
Pengajian berlangsung 2-3 pekan sekali. Mereka, terlihat sangat haus dengan Ilmu agama yang mereka tak dapati selain belajar mengaji. Pasalnya, tak ada orang yang bisa mengajar mereka seputar agama disebabkan akses jalan dan kurangnya masyarakat mengetahui letak kampung ini.
"Kami terkadang menunggu dari Jam 3 sore, menunggu guru-guru datang hingga maghrib sampai kami mengaji sendiri entah salah atau benar kami mengaji setahu-tahu kami saja, sebab biasanya tak ada satupun guru yang datang," Ucap seorang Ibu di Kampung Muallaf.
Saat ini, kampung Muallaf masih sangat membutuhkan pengajar, guru-guru, maupun Ustadz, untuk mengajarkan mereka mengaji dan seputar agama Islam agar mereka mengetahui agama yang baru saja mereka anut tersebut. ***
(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir)