Laman

Kamis, 18 Maret 2021

Korbankan Aqidah Demi Rupiah

Oleh: Kartini ---

Teng... nong... teng... nong... suara notifikasi hp digenggamanku. Kuusap layar hp untuk melihat notifikasi apa yang baru saja masuk.
Rupanya itu adalah notifikasi you tube yang menghantarkan video terupdate untuk hari ini.

Tercengang batinku saat mendengar bahwa telah lahir aliran baru di kampung halamanku. Tepatnya di kp. Pamukiman Karang Bolong, Banten.

Hakekok Balakasuto itulah nama aliran sesat yang ramai diperbincangkan karena ajaran-ajaran yang sudah keluar dari batasan-batasan syari'at Allah.

Berdalih dengan Al-Qur'an dan sunnah namun pada praktiknya tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan pada keduanya.

Menurut keterangan remaja kampung Pamukiman M. Rohim (22), bahwa aliran itu sudah lama dicurigai oleh warga setempat. Namun, warga belum berani untuk berbicara di hadapan masa karena belum ada bukti-bukti yang mendukung.

Kecurigaan masyarakat akhirnya terjawab setelah salah satu warga memergoki para pengikut aliran sesat tersebut sedang melakukan ritual.

Bercampur baur antara laki-laki dan perempuan di satu tempat yang sama tanpa menggunakan kain penutup tubuh. Itulah cara mereka melakukan ritual mandi bersama yang biasa dilakukan.

Hal tersebut membuat warga setempat merasa risih dengan keberadaannya karena dikhawatirkan ajaran yang mereka bawa akan menyebar luas dengan cepat.

Warga segera mengambil tindakan untuk melaporkan para pengikut aliran sesat tersebut kepada kepolisian setempat agar segera ditindak lanjuti.

Merinding memang bila kita melihatnya, karena dalam Al-Qur'an tidak pernah mengajarkan hal yang demikian.

Menurut beberapa keterangan yang penulis dapatkan bahwa motivasi mereka untuk mengikuti aliran sesat itu karena dijanjikan akan mendapat kehidupan yang lebih baik dan terjamin dari segi apapun utamanya dari segi finansial pengikut.

Siapa yang tidak tergoda apabila melihat mata air di tengah padang pasir yang gersang. Pasti semua berlomba-lomba untuk mendekati mata air itu.

Di masa pandemi ini perekonomian masyarakat semakin lemah. Sulitnya lapangan pekerjaan mengakibatkan banyak orang yang menjadi pengangguran.

Kebutuhan menjepit tapi cari duit cukup sulit, ketika perut menjerit apapun akan dilakukan demi isi perut agar tidak kelaparan.

Bahkan yang lebih mengerikan rela mengorbankan keimanan demi sebungkus nasi dan minuman.

Betapa rendahnya diri ini, ketika para ulama terdahulu rela merasakan timpahan batu di bawah panasnya terik matahari dan panasnya didihan timah yang di balurkan di kulit-kulit mereka namun tidak sedikitpun menggoyahkan keimanan mereka.

Tapi, sekarang sudah berubah saat kesulitan semakin menghimpit apalah daya aqidahpun rela ditukar menjadi rupiah. Naudzubillahimindzalik..

Dunia ini sudah semakin tua, tanda kiamat sudah semakin dekat tapi mengapa masih banyak orang yang bermaksiat.

Mereka sebenarnya bukan orang bodoh yang tak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tapi keimanan dan kecintaan terhadap Allah dan rasul-Nyalah yang sudah mulai terhapus seiring berjalannya masa.

Rela mengorbankan janji Allah yang sudah pasti demi janji manusia yang tak pasti. ***

(Penulis adalah mahasiswa STID M Natsir)