Penulis: Yuni Nurudhuha ---
Status tanggap darurat di Jakarta, yang semula sampai 5 April 2020, diperpanjang sampai 19 April 2020. Akibatnya, terjadi peralihan kegiatan belajar-mengajar dari semula tatap muka menjadi sistem online dalam kurun waktu yang belum bisa ditentukan.
Menyikapi hal ini, enam mahasiswi asal JawaTimur memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya bersama-sama. Di kampung, mereka bisa memantau kegiatan kuliah dari jarak jauh.
Dari 6 mahasiwi tersebut, 5 berasal dari STID Moh. Natsir dan 1 dari Ma'had Dzunurain. Mereka memilih pulang dengan kereta api.
Agar tidak ketinggalan kereta, mereka berangkat dari tempat masing-masing pukul 10.00 WIB. Keadaan jalan yang tak macet, membuat perjalanan cukup menghabiskan 90 menit.
Selain itu, agar selalu waspada terhadap virus corona, mereka menyiapkan handsanitizer di saku masing masing dan memakai masker penutup hidung dan mulut. Kode booking yang sudah dipesan sehari sebelum keberangkatan, siap diperiksa oleh petugas.
Pengecekan suhu badan dan penyemprotan desinfektan melalui kipas angin adalah salah satu fasislitas yang diberikan pihak KAI kepada para calon penumpang.
Sebelum memasuki gerbong kereta, Zizah, salah seorang anggota rombongan mengingatkan kepada anggota lainnya untuk tidak langsung melakukan interaksi dengan keluarga saat tiba dirumah. "Ojo gesusu salaman, resik-resik awak disek rek (jangan terbuburu bersalaman, bersihkan badan terlebuh dahulu)." jelasnya.
Kereta Kertajaya kelas economi berangkat pada pukul 14.15 dan diperkirakan tiba di pemberhentian terakhir Stasiun Pasar Turi pukul 01.15 WIB.
Ketika menemukan tempat duduknya, para mahasiswi berikhtiar dengan menyemprotkan handsanitizer di area tempat duduk sebelum menempatinya.
Banyaknya tempat duduk yang kosong dan bagasi tas yang tak penuh seperti biasanya, membuat rombongan itu sedikit lega karena dapat menjaga jarak sebagai upaya meminimalisir kontak badan. ***
(Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir Jakarta).
