Ada banyak kriteria nilai berita. Masing-masing media biasanya memiliki kriteria nilai berita sendiri-sendiri. Tempo Media, misalnya, menetapkan 12 kriteria nilai berita, sedang Majalah Gatra 10 kriteria.
Berikut 10 kriteria nilai berita.
1. Ketokohan
Tokoh artinya orang yang dikenal publik, diperbicangkan, atau dijadikan panutan.
Harus diakui bahwa orang biasa yang tak punya popularitas memiliki nilai berita yang lebih rendah dibandingkan tokoh yang lebih popular. Semakin popular seorang tokoh maka nilai beritanya kian tinggi.
Jadi, bila kita hendak bercerita tentang seorang figur, lihatlah dulu ketokohan figur tersebut.
2. Kedekatan (proximity)
Peristiwa yang terjadi di desa sebelah tentu lebih menarik dibanding peristiwa serupa di propinsi tetangga. Demikian juga peristiwa yang terjadi di dalam negeri akan lebih menarik dibanding peristiwa serupa di luar negeri.
Jadi, semakin dekat jarak pembaca dengan tempat peristiwa maka semakin besar nilai beritanya.
Begitu juga dengan tokoh yang menjadi topik cerita akan memiliki nilai berita yang lebih tinggi jika ia termasuk "orang kita" dibanding ia adalah "orang di luar kita."
Jadi, semakin dekat jarak emosi antara pembaca dengan tokoh yang diceritakan atau yang bercerita, maka semakin tinggi nilai beritanya.
3. Unik
Unik adalah sesuatu yang terjadi di luar kewajaran. Anjing digigit manusia, misalnya, lebih unik dibanding anjing menggigit manusia.
Semakin tidak biasa sebuah peristiwa yang kita ceritakan, semakin tinggi nilai beritanya.
Seringkali ketika sebuah peristiwa terjadi, maka sang jurnalis mencari sisi-sisi unik ketimbang bercerita tentang peristiwa itu sendiri.
Misalnya, ketika tsunami menerjang sebuah kawasan pesisir, acapkali ada cerita tentang masjid yang tak hancur sementara semua bangunan lain hancur, atau bocah yang selamat karena memegang al-Quran, dan sebagainya.
4. Unsur pertama kali
Unsur ini biasanya terkait temuan-temuan baru, atau peristiwa-peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Seringkali pada sebuah peristiwa ditemukan unsur pertama kali meskipun secara umum peristiwa itu biasa terjadi. Misal, peristiwa banjir di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, tentu saja bukan peristiwa pertama kali. Namun, jika ditelisik lebih jauh, ternyata banjir yang terjadi pada suatu waktu di sana merupakan banjir terbesar sepanjang sejarah bencana banjir di sana. Atau, banjir dengan kerugian terbesar sepanjang sejarah. Peristiwa ini menjadi bernilai tinggi karena mengandung unsur pertama kali.
Meskipun unsur pertama kali erat kaitannya dengan kekinian, namun bukan berarti cerita sejarah atau cerita masa lalu tak masuk dalam unsur ini. Ketika kita ingin bercerita tentang Alibin Abi Thalib, misalnya, maka tak mungkin kita kisahkan sejarah beliau dari lahir sampai meninggal. Kita bisa kisahkan tentang pemuda yang pertama kali memeluk Islam. Contoh lain, kisah Muslimah yang pertamak kali berjihad dan membunuh musuh Islam dengan tangannya.
5. Aktualitas/kekinian
Maksudnya, peristiwa yang baru saja terjadi. Semakin kini semakin tinggi nilai beritanya.
Karena faktor kekinian inilah maka tulisan yang mengedepankan nilai ini biasanya tak dalam.
Umumnya, nilai kekinian erat hubungannya dengan news.
6. Dramatis
Unsur dramatis bisa terkait kuantitas (jumlah), bisa juga terkait kualitas.
Bila ia terkait jumlah, maka bilangan yang besar tentu memiliki nilai lebih tinggi dibanding bilangan yang kecil. Misalnya, tabrakan yang menewaskan 10 orang tentu lebih memiliki nilai berita dibanding 2 orang. Begitu juga bencana alam yang merugikan miliaran rupiah pasti lebih memiliki nilai berita dibanding ratusan juta rupiah.
Bila ia terkait kualitas, maka tingkat keparahan yang diperhitungkan. Semakin parah, semakin tinggi nilai beritanya. Misal, korban yang hangus terbakar, atau musibah yang melanda masyarakat miskin, atau kecelakaan yang melanda anak-anak.
7. Eklusivitas
Eklusif artinya hanya kita yang mendapatkan moment untuk merekam peristiwa tersebut.
Misalnya, kita berhasil mewawancarai pengidap virus corona ketika tak seorang wartawan pun berhasil mewawancarainya.
Jika hanya kita yang dapat moment tersebut maka nilai beritanya tentu tinggi. Jika kita termassuk dari tiga media yang mendapatkan moment tersebut maka nilai beritanya lebih rendah.
Untuk mendapatkan moment ini sang wartawan harus memiliki kedekatan khusus dengan sumber informasi. Ekslusivitas tak bisa diperoleh di ruang konfrensi pers
8. Prestisius
Prestisus artinya sesuatu yang mengesankan dan bergengsi, terhormat dan bermartabat.
Misalnya, sang wartawan diundang oleh Grand Syekh Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, untuk melihaat langsung universitas tersebut. Contoh lain, sang wartawan berhasil membuat laporan langsung peristiwa perang di perbatasan Gaza.
9. Trendi
Yaitu, sesuatu yang sedang menjadi mode dan hangat dibicarakan. Semakin sering dibicarakan maka semakin tinggi nilainya jika diberitakan.
Misal, ketika Ronaldo memotong semua rambut di kepalanya kecuali sejumput di bagian depan, maka banyak pencinta bola yang melakukan hal serupa. Namun media Islam bisa mengungkap larangan bagi kaum Muslim untuk melakukan hal tersebut.
10. Magnitude
Berhubungan dengan dampak. Bila dampaknya besar maka nilai beritanya juga besar.
Misal, virus corona yang ditakuti karena bisa mematikan, penyebarannya cepat, dan belum ditemukan obatnya.