Laman

Selasa, 16 April 2019

Karena Hati Masih Berjarak

Penulis: Ida Shofi Haryanti. --

"Hatimu masih berjarak" ujar Ustadzah Ummul Imamah pionir SD Qur'anic School Solo, pada acara Dauroh Motivasi Al-qur'an, 6 April 2019  di Aula Sakinah Muslimat Center Cipayung Jakarta Timur.

Pada acara ini beliau mencoba menggugah jiwa muda dan semangat para mahasiswi untuk terus dekat dengan al-Qur'an dalam segala hal, terutama menjadi penjaga Kalamullah.

Al-Qur'an merupakan Kalamullah yang luar biasa. Semua mukmin pasti menjawab yakin ketika ditanya, "Apakah al-Qur'an adalah syifa?"

Tapi realitanya kebanyakan orang Islam,  ketika mengeluh sakit, hal utama yang dicari bukanlah al-Qur'an.

Ini bukan permasalahan menyamakan al-qur'an dengan obat yang bersifat wujud konsumtif, atau hal-hal yang bisa ditelan oleh mulut. Ini berkaitan dengan keberkahan al-Qur'an tersebut.

Dalam Islam, kata Ummul Imamah, hati merupakan raja yang harus dijaga. Ketika ia sakit maka anggota badan lainnya pun sakit. Begitu juga dengan jiwa, akan terkena radiasinya.

Ini merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh orang Islam, terutama mereka yang bercita-cita menjadi penghafal seluruh ayat al-Qur'an.

Keluhan sulit dalam menghafal, bahkan hati kering setelah hafal, merupakan keadaan yang biasa dialami oleh para penghafal. Tiada lain semua itu muncul karena tak ada keberkahan al-Qur'an yang menghampiri.

Keadaan ini berkaitan dengan hati dan keyakinan, keberkahan, kenikmatan dalam setiap prosesnya. Ini semua tidak akan dirasakan jika masih ada jarak antara hati dengan al-qur'an.  Ragu pun masih terselip di dalamnya.

Mulut ini pandai berkata yakin tapi lain hal dengan hati. Sebab, dia penentu awal sebuah amalan.  

Buang jauh-jauh jarak itu.  Teruslah mendekat dengan yakin dan yakin yang diimplementasikan dalam perbuatan dan sikap.

Cukuplah perkataan Rasulullah SAW kepada Ali Ra saat perang Khaibar menjadi pelajaran jika kita benar-benar ingin menjadi penjaga Kalamullah. Ketika itu, Ali Ra diamanahkan menjaga panji umat Isam. Lalu Rasulullah SAW berkata, "Berjalanlah dan jangan pernah menoleh sampai Allah memenangkanmu."

Mendengar hal tersebut Ali Ra begitu semangat hingga ia berjalan mundur membawa panji itu tanpa menoleh.

Jika kita betul-betul yakin dengan al-Qur'an dan keberkahannya, dan ingin menjadi penjaganya, teruslah berjalan dan jangan pernah berhenti walau sekedar untuk menoleh sampai Allah memenangkan kita. 

Keyakinan itu sungguh akan berbuah hingga Allah Ta'ala memberikan legalitas atasnya, dengan usaha kita, untuk teguh menegakkannya.

Penulis adalah mahasiswi STID M Natsir